Pengertian Cultural Lag dalam Sosiologi dan Contohnya

Cultural Lag merupakan salah satu peristiwa dari disintegrasi, yang mana disintegrasi ini adalah salah satu reaksi masyarakat terhadap bentuk perubahan sosial. Proses disintegrasi sebagai akibat perubahan sosial dapat terjadi dalam peristiwa sepeti cultural lag.

Pengertian Cultural Lag

Salah satu teori terkenal dalam sosiologi mengenai perubahan dalam masyarakat adalah dikenalkannya istilah cultural lag. 

Teori ini dikemukakan oleh William F. Ogburn. Dalam teori ini, disebutkan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya secara keseluruhan, ada bagian yang tumbuh dengan lambat.

Perbedaan antara taraf kemajuan dari berbagai  bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat ini dinamakan cultural lag (ketinggalan kebudayaan).

Contoh Cultural Lag

Pengertian Cultural Lag dalam Sosiologi dan Contohnya
Cultural Lag

Ketinggalan yang mencolok terlihat pada penguasaan teknologi seperti komputer. Komputer merupakan hasil dari perkembangan teknologi di negara-negara yang telah memiliki kebudayaan yang maju.

Penggunaan alat tersebut harus pula disertai dengan ketersediaan peralatan-peralatan khusus untuk memperbaiki apabila rusak, adanya aliran listrik yang mempunyai tegangan tertentu yang konstan, dan lain-lain.

Jika hal-hal tersebut belum tersedia, terjadilah cultural lag karena kurangnya persiapan dalam menyambut teknologi baru.

Faktor-faktor Penyebab Cultural Lag

Dari deskripsi di atas dapat diketahui bahwa secara umum terjadinya cultural lag disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini.

  • Pertama, kurangnya kemampuan daya pikir dalam sektor yang harus menyesuaikan diri dengan perkembangan sosial.
  • Kedua, adanya hambatan-hambatan terhadap perkembangan pada umumnya. 
  • Ketiga, heterogenitas masyarakat.  Dalam hal ini berarti ada beberapa golongan masyarakat yang memang sudah siap mental menerima perubahan dari masyarakat luar dan sebaliknya ada sebagian masyarakat yang belum siap menerima perubahan tersebut. 
  • Keempat, kurangnya kontak dengan budaya material masyarakat lain. 

Hal ini bisa juga berarti bahwa pihak pengambil kebijakan dalam masyarakat perlu meningkatkan kontak langsung dengan budaya material dari masyarakat lain.

Tidak mudah mengatasi persoalan cultural lag. Paling tidak, alam pikiran manusia harus mengalami perubahan terlebih dahulu, yaitu dari alam pikiran tradisional ke alam pikiran modern.

Alam pikiran modern ditandai oleh beberapa hal, misalnya sifatnya yang terbuka terhadap pengalaman baru, terbuka terhadap perubahan dan pembaruan, kemampuan untuk berpikir luas dan pendidikan yang mencukupi. Semakin terdidik seseorang itu, akan semakin terbuka pula daya pikirnya.