Contoh Cerita Pendek dan Cara Menemukan Realitas Kehidupan Anak dari Cerita

Pembahasan kali ini merupakan penjelasan tentang bagaimana cara menemukan realitas kehidupan anak dari cerita, contoh cerita singkat, contoh cerita singkat dan dilengkapi dengan penjelsannya.

Kamu sering membaca cerita, bukan? Pernahkah kamu menemukan adanya persamaan antara cerita yang kamu baca dengan kenyataan yang kamu alami sehari-hari?

Kehidupan anak sering kali digambarkan lewat sebuah cerita. Melalui cerita, anak akan lebih mudah menemukan dan memahami pesan yang ingin disampaikan.

Pada umumnya, cerita selalu mengambil tema tentang kehidupan anak sehari-hari. Dalam cerita tersebut, selalu ditanamkan nilai-nilai kebaikan yang ditujukan kepada anak-anak.

Contoh Cerita Singkat

Bacalah cerita berikut dengan sungguh-sungguh!

Contoh Cerita Pendek dan Cara Menemukan Realitas Kehidupan Anak dari Cerita
Ilustrasi: Bangun Kesiangan

Karena Bangun Kesiangan
Oleh Devi T. Royang



Jam menunjukkan angka 05.30 pagi. Vinna masih terlelap di kasur empuknya, ditemani Piko boneka anjing kesayangannya. Ia tidak mendengar bunyi klakson mobil yang hampir sepuluh menit berbunyi di depan rumahnya, berusaha membangunkan.


“Vin, Vinna! Ayo bangun. Mobil antarjemputnya sudah nunggu di depan rumah!” teriak Mama membangunkan anak bungsunya. “Mama kira kamu sudah mandi. Kok, tidur lagi, sih?”


Suara keras Mama langsung membangunkan Vinna. Ia melompat dari tempat tidurnya dan segera berlari ke kamar mandi. Ia tidak mau ditinggal mobil antarjemput. Vina agak malas naik angkot karena harus melewati jalan yang berputar-putar dulu.


“Ma, berangkat!” teriak Vinna setelah lima belas menit mempersiapkan diri. Ia pun segera melompat naik ke mobil antarjemputnya yang telah menungguny sekitar setengah jam.


Selama perjalanan ke sekolah, Pak Sadi mengomel terus Karena lama menunggu Vinna.


“Maaf, maaf, deh, Pak Sadi! Semalam, kan Vinna tidurnya malam banget. Soalnya harus belajar untuk ulangan hari ini…”


Vinna berbohong. Padahal semalam ia main game PS yang baru dia beli siangnya. Mendengar penjelasan Vinna, Pak Sadi pun berhenti mengomel. Tapi mereka hampir terlambat sampai ke sekolah karena terkena macet di jalan.


Setiba di sekolah, teman-teman Vinna memandanginya dengan geli. Mereka tertawa sambil menunjuk-nunjuk dirinya. Vinna tak mengerti apa yang ditertawakan oleh teman-temannya. Vinna cuek saja dan terus berjalan menuju kelasnya. Hari ini ,ada upacara bendera. Vinna sudah membawa semua perlengkapannya, seperti, topi, dan dasi. Kukunya pun sudah dipotong rapi kemarin siang oleh Mama.


Seminggu sekali sekolah Vinna selalu mengadakan pemeriksaan sebelum upacara bendera. Mulai dari kelengkapan atribut sekolah sampai dengan kuku, rambut, dan baju seragam yang rapi dan bersih.


“Vin, kamu mau sekolah atau mau tidur, sih?” tanya Rendy sambil tertawa dan terus memandangi Vinna dengan geli.


“Ya sekolah, Ren! Memang kenapa?” Vinna penasaran.


“Lihat, tuh, kepala anjingnya lucu sekali! Ha…ha…ha…” Angga tergelak melihat Vinna kebingungan.


Vinna menundukkan kepala, mencari ada apa yang salah pada dirinya. Dengan terkejut ia melihat sepasang kepala anjing yang menghiasi kakinya.


“Ya ampun, aku masih pakai sandal rumah!” seru Vinna. Wajahnya memerah malu. Aku, kok, tidak sadar tadi, pikirnya jengkel pada dirinya sendiri.


Gara-gara bangun kesiangan dan terburu-buru Vinna jadi malu di sekolah. Tak mungkin ia mengikuti upacara bendera.


“Lo Vinna, kenapa kamu tidak ikut upacara?” tanya Ibu Arni, guru piket yang bertugas memeriksa kelas. Vinna hanya diam menunduk. Ia tak sanggup mengatakan apa-apa pada Bu Arni.


Karena Vinna tidak segera menjawab, Bu Arni pun menghampirinya dan melihat sandal Vinna.


Bu Arni pun segera mengerti. Untunglah Bu Arni yang baik hati itu mulai menghibur Vinna.


“Setiap orang memang pernah melakukan kesalahan. Setiap orang pernah lupa.


Tapi alangkah baiknya jika kamu belajar untuk berdisiplin dan mengatur diri sendiri. Vinna kan sudah kelas enam, harus bisa mandiri.”


Vinna hanya mengangguk. Dalam hatinya ia berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi. Bu Arni yang baik pun meminjamkan sepasang sepatu yang ada di ruang BP untuk Vinna, beruntung ukuran sepatu itu pas di kaki Vinna. Ia pun tak malu lagi mengikuti pelajaran di kelas hari itu.


Sumber: Bobo, No. 05 Tahun XXXV, 10 Mei 2007

Cara Menemukan Realitas Kehidupan Anak dari Cerita

Cerita berjudul “Karena Bangun Kesiangan” yang telah kamu baca tersebut, berisi tentang seorang anak yang terlambat bangun pagi bahkan hampir terlambat sampai ke sekolah. Penyebabnya adalah karena di malam sebelumnya Vinna bermain PS hingga larut malam.

Oleh karena tergesa-gesa dalam mempersiapkan diri, Vinna lupa mengganti sandal tidurnya dengan sepatu sekolah. Akibat keteledorannya, Vinna ditertawakan oleh teman-temannya.

Adakah persamaan cerita tersebut dengan kehidupan kamu sehari-hari? Apakah kamu juga pernah mengalami hal serupa seperti Vinna? Nilai-nilai kebaikan atau pesan apa yang ingin disampaikan oleh cerita itu?

Dalam kehidupan sehari-hari, kejadian mirip cerita “Karena Bangun Kesiangan” sering kali terjadi. Anak-anak sering kali melakukan aktivitas atau bermain tanpa mengingat waktu, misalnya, waktu makan, waktu mandi, waktu belajar, atau waktu tidur.

Anak-anak cenderung tidak memedulikan hal-hal lain selain aktivitas atau permainan yang sedang dinikmatinya. Tidak jarang, akibat lupa waktu tersebut, anak-anak mengalami kejadian kurang mengenakkan atau bahkan memalukan.

Misalnya, akibat lupa belajar nilai ulangan menjadi jelek. Akibat lupa makan, perut menjadi sakit dan kepala pusing atau akibat lupa mandi, badan menjadi gatal dan dijauhi oleh teman-teman karena bau badan kurang sedap.

Cerita berjudul “Karena Bangun Kesiangan” tersebut ingin memberikan pesan, khususnya kepada anak-anak bahwa seseru atau semenarik apa pun aktivitas dan permainan yang dilakukan, kewajiban tidak boleh dilupakan dan harus didahulukan.