Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Belanda

Setelah menghadapi berbagai perlawanan dari berbagai wilayah Indonesia, Kolonialisme barat semakin berat menghadapi perlawanan lokal dari seluruh rakyat Indonesia.

Menjelang tahun 1900, golongan feodal yaitu raja dan bangsawan sudah tidak berdaya lagi atas daerahnya. Sepenuhnya dikuasai dan tunduk kepada pemerintah Belanda. Walaupun demikian, tiap-tiap daerah selalu terjadi huru-hara. Perlawanan rakyat bersifat lokal.

Perlawanan rakyat ini pada umumnya bertujuan untuk menentang pemungutan pajak yang berat serta menentang bentuk penindasan lainnya. Sebagai contoh adalah peristiwa pemberontakan Petani Banten yang terjadi pada tanggal 9 Juli 1888 atau dikenal juga dengan Perang Wasid.

Sebab meletusnya pemberontakan adalah penolakan terhadap segala macam modernisasi, sistem birokrasi, keuangan, pendidikan, kesehatan dan lainlain yang dianggap menyalahi tradisi. Telah berkalikali rakyat melakukan protes terhadap penarikan pajak terutama pajak kepala dan pajak pasar.

Peristiwa senada yang mengawali sebelum pecah peristiwa Cilegon 1888 adalah Peristiwa Ciomas yang terjadi tahun 1886. Sebab utamanya adalah pemerasan dari tuan tanah terhadap tenaga para petani.

Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Belanda
Perlawanan Rakyat terhadap Belanda

Mereka tidak hanya wajib menanam kopi tetapi juga mengerjakan bermacam-macampelayanan. Hal ini membuat munculnya gejolak sebagai wujud protes terhadap kesewenang-wenangan tuan tanah.

Kasus lain terjadi di Gedangan pada tahun 1904. Ini merupakan contoh konflik antara petani pemilik dan penggarap sawah dengan pengusaha perkebunan tebu.

Untuk keperluan penanaman tebu, padi yang tumbuh dengan suburnya diperintahkan untuk dicabut. Perubahan status tanah yang mengancam sumber penghidupan, membangkitkan kemarahan para petani.

Sebelum dini hari rombongan dari berbagai penjuru berkumpul di pasar Jombang. Rombongan dari Utara sekitar 600 orang dipimpin oleh H. Wasid. Rombongan yang dipimpin K.H. Tubagus Ismail, K.H. Usman, dan K.H. Ishak mencapai 1.100 orang.

Strategi penyerangan dari 1.700 orang dipencar dalam satuan-satuan tugas menyerang rumah pejabat asisten residen, patih, wedana, ajun koletir, dan rumah penjarauntuk membebaskan tawanan.